Mapala Humendala adalah
salah satu lembaga semi otonom yang ada di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau dengan
ruang lingkup Organisasi berorientasi pada kepencintaalaman. Kegiatan nya meliputi kegiatan alam bebas, yaitu kegiatan di alam bebas seperti pendakian Gunung,
memanjat tebing, menelusuri gua, arung jeram, dan lain sebagainya. Yang tidak
kalah pentingnya pada perkembangan selanjutnya adalah aktivitas kepecintaalaman
juga diwarnai oleh sikap keberpihakkan kepada alam serta lingkungan hidupnya,
sehingga organisasi/kelompok Pecinta Alam yang tumbuh di lingkungan perguruan tinggi
tidak hanya berkegiatan Alam bebas melulu, akan tetapi kegiatan lingkungan
hidup juga mendapatkan porsi yang seimbang dengan kegiatan petualangan di Alam
Bebas baik berbentuk Ekspedisi
atau pun inovasi. Selain itu Humendala juga memiliki prestasi yaitu pernah menjadi salah satu
lembaga terbaik, unggul dalam bidang panjat tebing, mapala humendala juga
membuat Ekspedisi Seven Summit “Riau
Menggapai Atap Dunia”. Salah satunya anggota humendala telah sampai di puncak
tertinggi dunia Yaitu Puncak Uhuru Peak, Gunung Kilimanjaro, Tanzania (Afrika)
5895 mpdl pada tanggal 10 November 2018.
Ekspedisi ini dilakukan oleh Anggota Tunas Srikandi Santo yaitu Ricka Wardani Utami dan Dina Reski Putri, Ekspedisi dilakukan untuk memenuhi proses pemagangan untuk menjadi Anggota penuh Mapala Humendala. Hingga saat ini jumlah anggota mapala Humendala yang teregritasi berjumlah 175 orang.
Riau sebenarnya memiliki banyak objek wisata /
tempat sejarah yang bagus, tetapi kurang diminati oleh orang orang Riau
sendiri, mereka lebih memilih liburan diluar Riau. Contohnya di Candi Muara
Takus. Maka dari itu Mapala Humendala
melakukan perjalanan kesebuah Desa Muara Takus untuk melaksanakan kegiatan yang
bernama “Ekspedisi Wisata Sejarah Candi Muara Takus” .
Ekspedisi Candi Muara Takus adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mengobservasi kondisi lingkungan, social,
ekonomi, budaya, masyarakat Candi muara takus. Tujuan kami melakukan kegiatan ini untuk mengetahui sejarah Candi Muara Takus
yang belum banyak diketahui orang banyak, mengetahui
perkembangan wisata Candi Muara Takus, dan membandingkan pendapat dari
beberapa sumber di Candi Muara Takus adapun kegiatan yang kami lakukan yaitu mengopservasi
kondisi lingkungan, social, ekonomi, budaya, masyarakat dan mengeksplor Candi Muara Takus, membuat dokumentasi kegiatan berupa
artikel, dan video perjalanan.
Candi Muara Takus adalah sebuah situs budaya yang
terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia.
Situs ini berjarak ± 135 km dari kota pekanbaru. Situs candi muara takus
dikelilingi oleh tembok berukuran 74 x 74 m, yang terbuat dari batu putih
dengan tinggi tembok ± 80 cm, diluar arealnya terdapat pula tembok tanah
berukuran 1,5 x 1,5 km, mengelilingi
komplek ini sampai kepinggir sungai kampar kanan. Para pakar purbakala belum dapat menentukan secara
pasti kapan situs Candi ini didirikan.ada yang mengatakan abad ke-4, ada yang
mengatakan abad ke-7 , abad ke-9 bahkan
pada abad ke-11. Namun Candi ini dianggap telah ada pada zaman keemasan Sriwijaya, sehingga para sejarawan menganggap kawasan
ini merupakan salah satu
pusat pemerintahan kerajaan sriwijaya. Pada tahun 2009 Candi Muara Takus dicalonkan
untuk menjadi salah satu situs warisan dunia unisco.
Candi Muara Takus ini
adalah situs Candi tertua di Sumatra, merupakan satu-satunya situs peninggalan
sejarah yang berbentuk Candi di Riau. Candi yang bersifat Buddhis ini merupakan
bukti bahwa agama buddha pernah berkembang dikawasan tersebut. Menurut sejarah,
Candi ini pertama ditemukan
oleh Kolonel Belanda yaitu Cornet De Groot pada tahun1860. Candi ini merupakan Candi warisan peninggalan
umat Budha dan menunjukkan bahwa memang kebudayaan agama budha pernah tumbuh di desa ini. Salah satu bukti nya adalah
ada seorang mahasiswaa dari Tiongkok yang pernah belajar di dalam kawasan Desa Muara Takus yang bernama Fa Huang. Ini
menyebut nama Ta Ku Se yang terdapat didalam tulisannya.
Ada beberapa pendapat mengenai
nama Candi Muara Takus, yaitu :
1. Disebut
Candi Muara Takus karena candi ini didekat muara sungai takus.
2. Disebut
Candi Muara Takus karena nama desa yang berada di dekat candi tersebut bernama
desa muara takus.
3. Disebut
Candi Muara Takus karena ada seorang mahasiswa tiongkok yang menyebut dengan Ta
Ku Se.
Ada pula penamaan lokal dari
Candi Muara Takus ini, yaitu:
1. Kota suci Universitas Darmapala
1. Kota suci Universitas Darmapala
2. Kota
suci sang hyang dewi puti indera dunia (dunio).
3. Bahasa lokal menyebut dengan kota indu dunio (kerinduan dunia).
4. Kota talago undang adat istiadat suko pi suko jolim bago alam pulau poco.
3. Bahasa lokal menyebut dengan kota indu dunio (kerinduan dunia).
4. Kota talago undang adat istiadat suko pi suko jolim bago alam pulau poco.
Pada tahun 2013, terdapat
penemuan baru yang ditemukan di lahan milik warga yaitu lahan milik buk Fatimah
dan Buk Wasnidar. Awal penemuan ini berupa gundukan tanah setinggi 1,5 m dengan
kisaran keliling bidang ± 23 m.
Penemuan tersebut berupa gerabah, arca, vajra, dan beberapa penemuan lainnya
yang sekarang disimpan di museum yang berada di kota medan. Sekarang hasil
eskavasi penemuan tersebut telah ditutup lagi karena belum mendapat tindakan
lebih lanjut dari pemerintah desa karena penemuan ini terdapat dilahan
milik warga. Barang-barang penemuan tersebut sekarang disimpan di salah satu
museum di kota Medan.
Candi Vajra Sesudah Ditimbun
Kondisi Akhir Ekskavasi
Cepuk Keramik Dari Situs Candi Vajra
Cepuk Dari Situs Candi Vajra
Untuk menuju lokasi Candi Muara Takus dengan
menggunakan transportasi darat bisa ditempuh selama ± 3 jam perjalanan. Dari kota
Pekanbaru menuju kota Bangkinang (60 km), lalu
dilanjutkan dari Bangkinang
menuju desa Kuok (12 km), dari desaa kuok menuju Simpang Tiga Batu Besurat (28 km), dari Simpang Tiga
Batu Besurat ke Desa Muara Takus (15 km), kemudian dari Desa Muara Takus barulah
menuju Candi Muara Takus(3 km). Perjalanan bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Keadaan objek wisata dan budaya
Objek yang menjadi
daya tarik di desa Muara Takus yaitu Candi Muara Takus. Dimana objek wisata tersebut mempunyai nilai
sejarah tersendiri. Candi Muara Takus bukanlah penemuan baru yang asing
didenga, Candi ini sudah banyak dikenal oleh banyak khalayak ramai. Bahkan
sudah menjadi objek wisata, Candi Muara Takus dibuka setiap hari dan adapun larangan-larangan
yang ada tetaplah terlaksana, salah satunya “bila jam 12 siang keatas tidak boleh memasuki kawasan Candi Muara Takus
tersebut, takutnya hal-hal yang tidak diingin kan terjadi” begitulah kata salah seorang ketua pemuda desa Muara Takus.
Puncak
kedatangan turis yang terbesar di setiap tahun nya yaitu pada perayaan
keagamaan Buddha (Waisak). Pada perayaan keagamaan umat budha, para umat
beragama Budha berbondong-bondong melaksanakan kegiatan ibadah di kawasan Candi
Muara Takus ini. Upacara tersebut dilaksanakan pada pukul 22.00 wib. Kegiatan
ini adalah agenda tahunan umat beragama budha. Wisatawan dari luar negeri juga
berdatangan di candi ini seperti dari Thailand,
Myanmar, Singapura dan sebagainya untuk beribadah.
Walaupun Candi Muara Takus ini merupakan situs peninggalan umat beragama budha
yang terletak di Desa Muara Takus, namun warga desa ini mayoritasnya memeluk
agama Islam.Dalam komplek ini terdapat beberapa bangunan candi yang
disebut dengan Candi Sulung Atau Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa, Dan
Palangk
· Candi Mahligai Stupa
Candi Mahligai
atau Stupa Mahligai, merupakan bangunan candi yang dianggap paling utuh.
Bangunan ini terbagi atas tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Stupa ini
memiliki fondasi berdenah persegi panjang dan berukuran 9,44 m x 10,6 m, serta
memiliki 28 sisi yang mengelilingi alas candi dengan pintu masuk berada di
sebelah selatan. Pada bagian alas tersebut terdapat ornamen lotus ganda, dan di
bagian tengahnya berdiri bangunan menara silindrik dengan 36 sisi berbentuk
kelopak bunga pada bagian dasarnya. Bagian atas dari bangunan ini berbentuk
lingkaran. Menurut snitger, dahulu pada ke-empat sudut fondasi terdapat 4 arca
singa dalam posisi duduk yang terbuat dari batu andesit. Selain itu,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh yzerman, dahulu bagian puncak menara
terdapat batu dengan lukisan daun oval dan relief-relief sekelilingnya.
Bangunan ini diduga mengalami dua tahap pembangunan. Dugaan ini didasarkan pada
kenyataan bahwa di dalam kaki bangunan yang sekarang terdapat profil kaki
bangunan lama sebelum bangunan diperbesar
· · Candi Tua
Candi Tua atau
Candi Sulung merupakan bangunan terbesar di antara bangunan lainnya di dalam
situs Candi Muara Takus. Bangunan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki,
badan, dan atap. Bagian kaki terbagi dua. Ukuran kaki pertama tingginya 2,37 m
sedangkan yang kedua mempunyai ketinggian 1,98 m. Tangga masuk terdapat di sisi
barat dan sisi timur yang didekorasi dengan arca singa. Lebar masing-masing
tangga 3,08 m dan 4 m. Dilihat dari sisa bangunan bagian dasar mempunyai bentuk
lingkaran dengan garis tengah ± 7 m dan tinggi 2,50 m. Ukuran fondasi bangunan
candi ini adalah 31,65 m x 20,20 m. Fondasi Candi ini memiliki 36 sisi yang
mengelilingi bagian dasar. Bagian atas dari bangunan ini adalah bundaran. Tidak
ada ruang kosong sama sekali di bagian dalam Candi sulung. Bangunan terbuat
dari susunan bata dengan tambahan batu pasir yang hanya digunakan untuk membuat
sudut-sudut bangunan, pilaster-pilaster, dan pelipit-pelipit pembatas
perbingkaian bawah kaki candi dengan tubuh kaki serta pembatas tubuh kaki
dengan perbingkaian atas kaki. Berdasarkan penelitian tahun 1983 diketahui
bahwa candi ini paling tidak telah mengalami dua tahap pembangunan. Indikasi
mengenai hal ini dapat dilihat dari adanya profil bangunan yang tertutup oleh
dinding lain yang bentuk profilnya berbeda.
· Candi Bungsu
Candi Bungsu bentuknya tidak jauh beda dengan Candi Sulung. Hanya saja pada bagian atas berbentuk
segi empat. Ia berdiri di sebelah barat Candi Mahligai dengan ukuran 13,20 x
16,20 meter. Di sebelah timur terdapat stupa-stupa kecil serta terdapat sebuah
tangga yang terbuat dari batu putih. Bagian fondasi bangunan memiliki 20 sisi,
dengan sebuah bidang di atasnya. Pada bidang tersebut terdapat teratai.
Penelitian yang dilakukan oleh yzerman, berhasil menemukan sebuah lubang di
pinggiran padmasana stupa yang di dalamnya terdapat tanah dan abu. Dalam tanah
tersebut didapatkan tiga keping potongan emas dan satu keping lagi terdapat di
dasar lubang, yang digores dengan gambar-gambar tricula dan tiga huruf nagari.
Di bawah lubang, ditemukan sepotong batu persegi yang pada sisi bawahnya
ternyata digores dengan gambar tricula dan sembilan buah huruf. Bangunan ini dibagi
menjadi dua bagian menurut jenis bahan yang digunakan. Kurang lebih separuh
bangunan bagian utara terbuat dari batu pasir, sedangkan separuh bangunan
bagian selatan terbuat dari bata. Batas antara kedua bagian tersebut mengikuti
bentuk profil bangunan yang terbuat dari batu pasir. Hal ini menunjukkan bahwa
bagian bangunan yang terbuat dari batu pasir telah selesai dibangun kemudian
ditambahkan bagian bangunan yang terbuat dari bata.
Bangunan candi ini terletak di sisi timur stupa mahligai dengan ukuran
tubuh candi 5,10 m x 5,7 m dengan tinggi sekitar dua meter. Candi ini terbuat
dari batu bata, dan memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah utara. Candi Palangka
pada masa lampau diduga digunakan sebagai altar. Altar adalah bangunan apapun
dimana (hewan) kurban atau persembahan lainnya di persembahkan untuk tujuan
religius, atau tempat sakral dimana upacara keagamaan berlangsung. Altar
bisanya ditemukan di dalam tempat pemujan, biara, dan tempat-tempat suci lainnya. altar ada di berbagai
kebudayaan, terutama di dalam agama katolik roma, agama kristen, agama budha, hindu. Bangunan ini
juga ditemukan di agama-agama kuno lainnya.
·
Pohon Bodhi
Di sekitaran area kompleks Candi
Muara Takus terdapat sebuah pohon yang di sebut dengan pohon bodhi,
pohon bodhi ini adalah sebuah pohon yang dianggap suci oleh umat buddha. Kenapa
bisa dianggap suci karena pohon bodhi memiliki daun yang apabila dilipat
menyerupai stupa pada candi, sebagai
tempat berteduh dan juga ukuran pohon bodhi tersebut dari dulu hingga sekarang
ukurannya tetap seperti itu. Pada upacara keagamaan umat buddha merka
menggunakan pohon bodhi sebagai sarana ibadah.
·
Tungku Pembakaran Mayat
Diarea kompleks Candi Muara Takus juga terdapat suatu tungku yang dulu nya di gunakan sebagai tempat kremasi
(pembakaran mayat). Tungku tersebut bertempatkan di depan Candi-Candi tersebut.
Yang sekarang tidak digunakan lagi dan
berbentuknya sudah seperti gundukan
tanah.
·
Sumur suci
Diluar kompleks Candi terdapat sumur yang dianggap suci oleh umat buddha.
Air dari sumur ini dari dulu hingga sekarang masi digunakan untuk kebutuhan Candi
seperti pemasangan batu-batu Candi, air ini digunakan sebagai perekatnya dan
tinggi sumur suci tersebut ± 2
meter.
Keadaan lingkungan
Untuk keadaan lingkungan di
kawasan Candi Muara Takus ini masih terdapat sampah di beberapa titik tertentu,
yaitu disekitar kawasan pedagang yang
berjualan makanaan di sekitaran Candi Muara Takus. Adanya sampah dilingkungan
tersebut sangat mengganggu padangan
terutama bagi wisatawan yang ingin
berrekreasi, selain itu juga mengurangi nilai tambah dari bangunan bersejarah
tersebut.
Keadaan social
Untuk keadaan
sosial di sekitar Candi Muara Takus terdapat 385 kartu keluarga terdaftar. Didesa muara takus hanya terdapat
satu tk (taman kanak-kanak), satu Mda (madrasah dinia awaliyah) , satu paud (pendidikan anak usia dini), dan
satu sd (sekolah dasar) . Didalam hal pendidikan masih kurang memadai di karena kan
hanya menyediakan pendidikan sampai jenjang sd saja. Hal ini dikarenakan
didesa Muara Takus memiliki peraturan bahwa
jika ingin mendirikan smp maka harus memiliki dua sd, dan untuk sma harus mendirikan dua smp. Ini
tentu menyulitkan warga desa Muara Takus, untuk melanjutkan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi mereka harus sekolah keluar desa.
Di desa Muara Takus terdapat
tujuh suku yaitu suku domo, suku petapang, suku niliang, suku chaniago, suku
gampai dan suku melayu, suku mandailiong. Yang di ketuai oleh kepala suku. Dan
untuk akses kesehatan hanya terdapat puskesmas.
Keadaan Ekonomi
Rata-rata pendapatan warga
desa adalah sekitar Rp 500.000 – Rp 600.000 per-minggunya, mayoritas pekerjaan warga desa
muara takus adalah berkebun seperti sawit, karet karena didaerah desa tersebut
terdapat lahan maka dari itu mereka menggunakan lahan
tersebut untuk berkebun (sawit, karet). Dan
pekerjaan yang paling dominan adalah nelayan, karena disana terdapai sebuah
danau.
Untuk memasuki kawasan candi muara takus ini
wisatawan dikenakan biaya masuk sebesar Rp 8.000 untuk pelajar, dan Rp 10.000 untuk umum, biaya masuk ini di
alokasikan untuk kegiatan pemuda desa Muara Takus.